Berbagi info dan tips wisata dalam dan luar negeri. Semoga bermanfaat untuk teman-teman semua ^_^

Jelajah Kota Tua Bersama Komunitas Jelajah Budaya

Tanggal 1 Maret lalu saya ikutan Jelajah Kota Toe edisi Cap Go Meh in China Town Jakarta. Saya bisa ikut acara ini pun tak sengaja lihat di timeline teman FB...dan sayangnya saya tak segera memutuskan untuk ikut acara ini. Baru beberapa hari setelah itu teringat untuk ikutan acaranya dan ternyata pendaftaran sudah ditutup. Sediiiih dech...

Tapi karena memang niat banget pengen ikutan saya coba-coba aja kontak panitianya siapa tau ada toleransi untuk pendaftaran. Saya coba untuk sms dan whatsapp ternyata responnya agak lama, tapi Alhamdulillah akhirnya dijawab juga, panitia menanyakan berapa banyak yang mau ikut, saya jawab aja "1 orang, saya aja koq" dan triiiing...akhirnya dapat jawaban kalo boleh daftar dengan syarat harus transfer pembayaran sebelum jam 3 sore. Langsung dech saya transfer pembayaran dan konfirmasi ke panitia. Yeayy...akhirnya kesampainan juga ikutan Jelajah Kota Tua.

Minggu pagi, 1 maret saya sudah pagi-pagi sudah siap untuk berangkat menuju meeting point yaitu di Museum Mandiri Kota, saya naik bus Trans Jakarta jurusan Kalideres-Harmoni, transit di Harmoni lalu ganti bus jurusan Kota. Sekitar jam 7.50 saya sudah sampai di Museum Mandiri, lalu segera registrasi ulang. Dan ini compliment yang saya dapat.....

Taraaaa.....

jelajah kota tua bersama jelajah budaya

Sambil menunggu acara dimulai saya cari tempat duduk untuk minum sekalian sarapan roti buaya... saya dapat roti buaya isi coklat. hihihi....
Saat saya duduk sambil sarapan ini datanglah seorang cewek yang berniat duduk di bangku sebelah saya, tanpa ragu saya berkenalan..namanya Mba Rury dari Kelapa Gading. Rupanya mba Rury masuk kelompok patekoan sedangkan saya kelompok Toko Tiga. Yaah ga satu kelompok dech kita...

Sekitar jam 08.15 tour guide mulai memanggil peserta per kelompoknya, kita diberikan short briefing mengenai Pecinan dan sedikit tentang museum Bank Mandiri. Oh ya, bank ini dulu memiliki satu layanan nasabah untuk penduduk chinesse yang tinggal di Batavia...yaitu bagian Cashier Chinese. ada di lantai 2 Museum Mandiri ini. Bahkan terdapat lift khusus untuk mengangkut uang setoran nasabah menuju lantai basement untuk penyimpanan uang dan benda berharga lainnya.

Hampir setiap kota di Indonesia memiliki Pecinan (China Town), yang berfungsi sebagai pusat ekonomi dan perdagangnan, sekaligus pusat hunian keturunan Tionghoa. Di Jakarta (dahulu Batavia) juga terdapat kawasan Pecinan yang dikenal dengan sebutan Glodok. Menurut beberapa sumber asal-usul Glodok berasal dari kata "Grojok" yaitu bunyi air yang jatuh dari pancuran.  Di tempat itulah dahulu kala ada semacam waduk penampungan air kali Ciliwung. Orang Tionghoa dan keturunannya menyebut grojok sebagai glodok karena mereka sulit mengucap kata grojok seperti layaknya orang Bumiputera. Sedangkan nama Pancoran-Glodok berasal dari kata "Pancuran" yang terdapat di daerah tersebut.
 
Selesai briefing, peserta sudah tak sabar lagi untuk segera menjelajah kawasan Pecinan, kemudian kami turun ke lantai dasar untuk segera memulai jelajah kota tua, perjalanan dimulai dari bagian belakang gedung Museum Mandiri, berjalan ke kanan menyusuri jalan bawah fly over jembatan asemka...di kiri kanan jalan ini sudah mulai ramai pedagang. Ibu-ibu mulai deh lirik-lirik untuk belanja ato jajan makanan kecil. Nah sampai di perempatan bawah fly over kami belok kiri menuju ke arah Pintu Kecil.


Di depan Pintu Kecil II ini kami menunggu anggota kelompok lengkap supaya tidak ada yang tertinggal rombongan. Disini guide memberikan sedikit penjelasan mengenai Pintu Kecil, dahulu untuk menghindari perlawanan dari warga Tionghoa maka penjajah Belanda membangun tembok benteng yang mengelilingi kawasan Batavia, dan terdapat meriam yang siap ditembakkan menuju ke kawasan Pecinan ini. Dan untuk keluar masuk kawasan pecinan ini terdapat pintu yang kecil maka disebutlah kawasan ini Pintu Kecil.

Selanjutnya kami mulai menelusuri Gang Pintu Kecil II. Tour guide menunjukkan satu rumah dengan arsitektur China yang dahulunya rumah ini merupakan rumah salah satu pedagang tembakau di Batavia. 




Setelah itu dilanjutkan untuk melihat bangunan berikutnya, bangunan dengan arsitektur China yang berada di tusuk sate ini juga memiliki keunikan tersendiri. Di bagian atap rumah dipasang semacam tempayan kecil, mungkin ini sebagai tolak bala ya. 




Menurut tour guide kami, rumah tadi bernama rumah pasar gelap, tapi tak dijelaskan apa yang dimaksud dengan rumah pasar gelap ini. Berikutnya kami berjalan lagi menyusuri gang kecil yang uniknya lagi di ujung gang ini di bagian atasnya terdapat bangunan seperti penghubung antara bangunan yang berada di kiri dan kanan gang. Semacam gerbang gitu lah. Dan rupanya di sebelah kanan bangunan ini merupakan salah satu toko obat di jamannya.



Nah, dari sinilah mulai gerimis mengundang...mau buka payung tapi masih gerimis kecil...jadilah tetap berjalan dibawah rintik-rintik gerimis. 

Perjalanan dilanjutkan menuju ke Jalan Perniagaan raya, kita menyeberang jalan untuk mengunjungi Vihara Budhi Dharma, vihara ini sudah berumur sekitar 350 tahun.  Tak banyak info yang saya ketahui mengenai vihara ini...mungkin bisa dilengkapi di kemudian hari ya.



Setelan selesai melihat-lihat dan berfoto lalu kami melanjutkan ke salah satu sekolah tertua di Jakarta, SMA 19 ini tak jauh dari  Vihara Budhi Dharma. Ini adalah salah satu sekolah untuk warga Tionghoa di Batavia. 


Selanjutnya kami melihat bangunan yang lumayan besar, yaitu rumah keluarga Souw. Keluarga Souw merupakan salah satu orang terkaya di Batavia, hal ini dapat dilihat dari bangunan yang memanjang hingga ke bagian belakang rumah ini ada sekitar tiga bangunan besar. Oh ya, konon selain di jalan perniagaan ini,  keluarga Souw juga mempunyai rumah di kota lama Tangerang. Sayang sekali saat ini bangunan rumah keluarga Souw ini sudah tak terawat dan mungkin hanya dipakai sebagai gudang penyimpanan.





Karena merupakan salah satu orang terkaya di Batavia maka pemerintah Belanda berniat memberikan gelar Kapitan kepada keluarga Souw ini, tetapi Tuan Souw menolak dan memilih untuk menyumbangkan sebagian hartanya. Salah satu kedermawanan keluarga Souw ini adalah dengan menyediakan 8 teko air di pinggir jalan, bagi siapapun yang melewati jalan ini dan tengah kehausan diperbolehkan untuk minum air dari teko-teko yang disediakan, maka tak heran kalau tempat ini disebut juga sebagai "patekoan" yang berarti delapan teko. 

Dikawasan ini juga terkenal dengan sebutan Toko Tiga, konon dulu disini ada tiga buah toko yang berjajar namun saat ini sudah tak nampak yang mana bangunan yang dimaksud. 


Perjalanan dilanjutkan kembali untuk mengunjungi Vihara Ariya Marga, terletak di Gang Lamceng, dengan menyusuri gang sempit yang masih satu deretan dengan rumah keluarga Souw. Di gang sempit ini rupanya banyak kedai makanan, saat kami lewat banyak warga keturunan Tionghoa sedang sarapan di kedai-kedai ini.  Tak lama berjalan menyusuri gang akhirnya sampailah kami di vihara Ariya Marga.





Lukisan yang terdapat di samping kanan-kiri gerbang vihara. 






Dari Vihara Ariya Marga kami melanjutkan berjalan kaki sepanjang jalan kemenangan, nah disini kita kembali mampir ke Vihara Dharma Jaya "Toa Se Bio". Dinamakan demikian karena dewa yang dipuja adalah Toa Sai Kong atau Paduka Duta Besar, dan kemudian berubah menjadi Toa Sai Bio. 



Di depan gerbang vihara ada yang jual soto tangkar....kayaknya enak nich...banyak juga yang beli..

Tak jauh dari vihara ini terdapat gereja Katolik Maria de Fatima, bangunan gereja ini mirip dengan kelenteng/vihara, banyak orang yang tidak tahu bahwa gereja ini pernah digunakan sebagai tempat tinggal kapitan China di Batavia pada masa lalu. Gereja ini melakukan kebaktian dengan tiga bahasa yaitu Mandarin, Indonesia dan Inggris.



Selesai melihat-lihat gereja Marida de Fatima kami melanjutkan perjalanan menuju Dewi Vihara Dharma Bhakti. Menurut saya vihara ini merupakan salah satu vihara terbesar diantara vihara yang dikunjungi sebelumnya. Bahkan kalau diperhatikan di depan gerbang banyak berjajar para pencari derma yang mengharapkan mendapat derma dari umat Budha yang beribadah di vihara ini. 



Vihara ini merupakan salah satu vihara tertua di Jakarta, dibangun sekitar tahun 1650 oleh Luitenant Tionghoa, Kwee Hoen. Pada awal berdirinya vihara ini diberi nama Koan Im Teng (Paviliun Koan Im). Vihara ini pernah terbakar pada saat pembantaian etnis Tionghoa pada tahun 1740 oleh Belanda. 
Pada tahun 1755 sempat dibangun kembali oleh Kapitein Oei Tjhie  dan diberi nama Kim Tek Ie yang dalam dialek suku Hokian berarti "Kelenteng Kebajikan Emas". Dalam dialek Mandarin nama vihara dikenal dengan nama Jin De Yuan, yang dari nama ini mengingatkan manusia untuk lebih mementingkan kebajikan antar sesama dan bukannya mementingkan kehidupan duniawi saja.


Vihara ini menempati lahan seluas sekitar 3000 meter persegi dengan beberapa bagian bangunan. Vihara ini menjadi tempat pemujaan bagi para dewa dari golongan Taois, Confucianis, dan Budha Mahayana. 

Tak berapa lama kemudian kami keluar lokasi vihara untuk kembali ke Museum Mandiri, kami keluar dari pintu samping vihara ini dan rupanya di sepanjang jalan menuju ke Pertokoan Chandra Building terdapat pasar kaget. Aneka produk yang dijajakan disini mulai dari buah-buahan, sayur mayur, ikan, daging dan ada beberapa toko yang menjual pakaian dan kain meteran.




Akhirnya kami keluar gang dan sampailah di pertokoan Chandra Building, nah disini juga terdapat beberapa toko yang menjual aneka permen, manisan import dan aneka produk lainnya. Wah pasti lapar mata dech....


Dari Chandra Building kami berjalan lurus menuju Pintu Kecil, ke arah pasar pagi lama, asemka lalu masuk ke Museum Mandiri dari pintu belakang. 

Nah, akhirnya sampai dech di aula untuk makan siang. Begitu masuk ruang aula, diputarkan gambar/film suasana Batavia tempo doeloe dan program acara TV yang menggunakan museum Mandiri sebagai lokasi syutingnya. Dan ternyata di panggun sudah disediakan properti untuk berfoto bagi peserta jelajah budaya. Dan tentunya saya juga tak ingin melewatkan sesi berfoto bersama teman-teman lainnya donk. Hehehe....



Berikut agenda Komunitas Jelajah Budaya tahun 2015. Bagi teman-teman yang ingin bergabung bisa like fanpagenya Komunitas Jelajah Budaya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar