Sedang transit di kota Jogja dan ingin jalan-jalan murah? Tentu bisa....bisa bangeet malah. Jadi gini, beberapa waktu lalu kami ada acara keluarga di Kulon Progo, berhubung ada anggota keluarga yang mempunyai jadwal terbang beda satu hari dengan keberangk saya, maka jadilah kami berangkat bareng dari Kulon Progo naik taksi tetangga saya. Itung-itung hemat tenaga dan uang daripada saya harus bolak-balik Jogja-Wates-Jogja, maka saya memilih untuk menginap saja di hotel dekat bandara Adisucipto. Setelah browsing nemulah saya alamat dan nomer telepon Hotel Bandara Asri (nanti saya tulis reviewnya dech).
Sebelum ke Bandara Adisucipto saya minta taksi untuk mengantar ke hotel dan taruh barang bawaan saya di hotel. Karena setelah selesai urusan di bandara saya berniat untuk jalan-jalan sore di kawasan Malioboro sekalian wisata museum gitu. Begitu urusan di bandara selesai, saya langsung menuju Shelter Trans Jogja dari Bandara Adisucipto, naik bus Jalur 1A lalu turun di shelter Malioboro 3 (Pasar Beringharjo/Benteng Vrederburg), lalu saya jalan kaki menuju ke Museum Sonobudoyo, tapiii sayang sekali, ternyata museum sudah tutup jam setengah empat. Jadilah saya..lanjutkan jalan kaki ke arah Jalan Rotowijayan ke museum Kereta Karaton, dan ternyata sudah tutup juga. hihihihi...
Akhirnya saya jalan kaki ke kawasang cenderamata di jalan Rotowijayan, di kawasan ini berjejer toko yang menjual souvenier, batik dan kaos dagadu. Keluar masuk toko tapi ga nemu juga yang cocok, jadi yaa sekedar cuci mata aja dech. Tak lama kemudian saya memutuskan untuk balik aja ke hotel, takut kesorean dan bus Trans Jogja penuh. Dalam perjalanan menuju shelter Trans Jogja, ketika melewati alun-alun utara ternyata ada kuda yang sedang dilatih oleh pawangnya. Skalian numpang selfie aah... hehehe...
Sampai juga akhirnya ke shelter Trans Jogja, dan rupanya ga penumpang ga terlalu ramai, dan masih kebagian tempat duduk. Saya turun di Shelter Jl. Solo (Maguwo) lalu jalan kaki menuju hotel. Sampai hotel setelah mandi sambil nonton tv ternyata berasa dech laparnya, jadilah saya pesan di restaurant hotel mie rebus jawa seharga tujuh belas ribu lima ratus rupiah. hihihi...lumayan...daripada harus keluar hotel lagi. Akhirnya makanan dataang.....
Selesai makan, sambil nonton TV langsung tidur sampe pagi... hihihi...
Pagi hari setelah selesai sarapan saya langsung berangkat ke Shelter Trans Jogja di Bandara Adisucipto untuk menuju Malioboro yang akan dilanjutkan jalan kaki ke Museum Sonobudoyo dan Museum Kereta Karaton Yogyakarta.
Sekitar jam 8.20 akhirnya sampailah saya di Museum Sonobudoyo, harga tiket masuk tiga ribu rupiah saja, setelah membayar tiket dan mengisi buku tamu, saya dihampiri mbak-mbak yang menawarkan menjadi guide untuk melihat-lihat koleksi museum tapi saya tolak dengan halus. Sepertinya enakan jalan sendiri aja dech, jadi lebih leluasa untuk melihat-lihat koleksi museumnya.
Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan Jawa, termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta (Museum Gajah). Museum Sonobudoyo terdiri dari dua unit, unit 1 terletak di Jalan Trikora No. 6 (sebelah utara alun-alun keraton Yogyakarta), sedangkan unit 2 terletak di nDalem Condrokiranan, Wijilan, di sebelah timur alun-alun Keraton Yogyakarta.
Museum Sonobudoyo didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda oleh Yayasan yang bernama Java Instituut. Yayasan ini bergerak di bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Panitia pendirian museum yaitu IR. TH. Karsten, P.H.W. Sitsen dan S. Koperberg. Bangunan museum menggunakan tanah bekas "Schauten" atau tanah hadiah dari Sri Sultan HB VIII. Peresmian dilakukan oleh Sri Sultan HB VIII pada tanggal 6 November 1935.
Koleksi Museum Sonobudoyo (unit 1 dan unit 2) terbagi menjadi 10 jenis, yaitu:
- Koleksi Numismatik dan Heraldika, obyek penelitiannya adalah mata uang/alat tukar yang sah, yang terdiri dari mata uang logam dan kertas. Heraldika adalah setiap tanda jasa, lambang dan pangkat resmi (termasuk cap dan stempel).
- Koleksi Filologi, benda koleksi yang menjadi obyek penelitian filologi, misalnya risalah kuno, tulisan tangan yang menguraikan sesuatu hal atau peristiwa.
- Koleksi Keramologi adalah koleksi yang terbuat dari bahan tanah liat bakar berupa pecah belah, misalnya guci.
- Koleksi seni rupa, koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistik melalui obyek dua dimensi atau tiga dimensi.
- Koleksi Teknologi. Benda atau kumpulan benda yang menggambarkan perkembangan teknologi.
- Koleksi Geologi, adalah benda yang menjadi obyek ilmu geologi, antara lain batuan, mineral, fosil dan benda-benda bentukan alam lainnya (permata, granit, andesit). Contoh: Batu Barit.
- Koleksi Biologi adalah benda yang menjadi objek penelitian ilmu biologi, antara lain tengkorak atau rangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Misalnya burung (obset) / dikeringkan.
- Koleksi Arkeologi adalah benda yang menjadi objek penelitian arkeologi. Benda tersebut merupakan hasil peninggalan manusia dari zaman prasejarah sampai dengan masuknya pengaruh kebudayaan barat misalnya : Cermin.
- Koleksi Etnografi adalah benda yang menjadi objek peneiitian ilmu etnografi, benda-benda tersebut merupakan hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis misalnya Kacip.
- Koleksi Historika adalah benda yang bernilai sejarah dan menjadi objek penelitian sejarah. Benda tersebut dari sejarah masuknya budaya barat sampai dengan sekarang, misalnya Senapan laras panjang, meriam.
Saya hanya mengunjungi Museum Sonobudoyo Unit 1, jadi unit 2 mungkin di lain kesempatan akan saya datangi lagi, sekalian makan gudeg di wijilan kali ya. hehehe...
Oh ya, di depan bangunan Museum Sonobudoyo Unit 1 ini terdapat 2 buah meriam lho. Kedua koleksi meriam tersebut di atas berasal dari masa Sri Sultan Hamengku Buwana III. Sayangnya saya lupa untuk fotoin. hehehe...
Selain meriam terdapat pula arca dan relief. Berikut beberapa koleksi
yang berada di halaman pendapa : Arca Dewi Laksmi, arca Mahakala, dan
Makara.
Sedangkan di bagian dalam pendopo terdapat seperangkat gamelan.
Museum ini memiliki beberapa ruang, diantaranya:
Ruang Pengenalan
Di atas pintu masuk menuju ke ruang pengenalan terdapat relief
candrasengkala "Buta Ngrasa Esthining Lata". Ruang pengenalan berukuran
62,5 m2. Salah satu koleksi yang ada di ruang pengenalan yaitu pasren
atau krobongan yang terdiri dari tempat tidur, bantal, guling, kasur,
kelambu, sepasang patung loro blonyo, sepasang lampu robyong, dan
sepasang lampu jlupak.
Ruang Prasejarah
Ruang ini menyajikan benda-benda peninggalan masa prasejarah yang
menggambarkan cara hidup manusia pada masa itu meliputi berburu,
mengumpulkan dan rneramu makanan. Pada tingkat selanjutnya manusia mulai
bercocok tanam secara sederhana serta melakukan upacara- upacara yang
berhubungan dengan religi (kepercayaan kepada roh nenek moyang,
penguburan dan kesuburan).
Ruang Klasik dan Peninggalan Islam
Dalam penyajian koleksi dikelompokkan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal yaitu:
1. Sistem Kemasyarakatan
2. Sistem Bahasa
3. Sistem Religi
4. Sistem Kesenian
5. Sistem Ilmu Pengetahuan
6. Sistem Peralatan Hidup
7. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Parung Kepala Dewa |
Patung Kepala Dewa, dibuat dari perunggu berlapis emas. Ditemukan di Pathuk, Gunung Kidul, Yogyakarta pada tahun 1956. Sebagai lambang Dewa Budha.
Ruang Batik
Di ruang ini memamerkan beberapa koleksi batik. Selain itu juga terdapat proses membatik yang dimulai dari pengerjaan pola sampai proses jadi sebuah batik. Di ruang ini saya suka sekali melihat aneka motif batiknya...bagus bagus banget... ^_^
Ruang Wayang
Sesuai namanya, di ruangan ini memamerkan aneka jenis koleksi wayang, diantaranya ada wayang kulit dan wayang golek serta gambar tata letak pementasan wayang kulit purwa klasik.
Ruang Topeng
Disini juga terdapat beberapa jenis topeng dari berbagai daerah. Topeng sudah mengalami sejarah perkembangan, bersamaan dengan
nilai-nilai budaya dan nilai seni rupa. Topeng yang tampil dalam bentuk
tradisional mempunyai fungsi sebagai sarana upacara dan pertunjukan.
Ruang Jawa Tengah
Di ruang ini memamerkan ukiran kayu yang terkenal dari Jawa Tengah yaitu
Jepara seperti gebyog patang aring. Selain itu terdapat keris dan
senjata tajam lainnya dengan berbagai jenis.
Ruang Emas
Museum Sonobudoyo merupakan museum yang memiliki koleksi artefak emas tapi dengan beberapa alasan belum dapat dilihat oleh umum.
Di ruangan ini dipamerkan aneka koleksi perlengkapan rumah tangga yang terbuat dari kuningan dan perak. Seperti: aneka bentuk ceret dan kendi, sendok makan, dll.
Pada dasarnya artefak emas memiliki fungsi berbeda-beda, yaitu sebagai:
1. Mata uang
2. Perhiasan
3. Wadah
4. Senjata
5. Simbol religius, dll.
Di ruangan ini dipamerkan aneka koleksi perlengkapan rumah tangga yang terbuat dari kuningan dan perak. Seperti: aneka bentuk ceret dan kendi, sendok makan, dll.
Ruang Bali
Diantara ruangan lain, ruangan ini paling istimewa, karena terdapat lampu warna biru yang byar pet gitu. hehehe...
Diantara ruangan lain, ruangan ini paling istimewa, karena terdapat lampu warna biru yang byar pet gitu. hehehe...
Koleksi ruang Bali berkaitan dengan kebudayaan Bali baik mengenai yadnya (upacara) maupun berbentuk seni lukis dan seni pahat. Di bagian terpisah terdapat Candi Bentar.
Di bagian luar Ruang Bali terdapat Candi Bentar, di dalam komplek candi Bentar biasanya terdapat Bale Gede, yang berfungsi sebagai tempat upacara daur hidup dan untuk bermusyawarah.
Ruang mainan
Di sini dipamerkan koleksi aneka mainan tradisional dan foto-foto anak-anak yang sedang memaikan permainan tradisional.
Setelah merasa cukup puas berkeliling museum Sonobudoyo, saya melanjutkan perjalanan berikutnya ke Museum Kereta Keraton Yogyakarta dengan berjalan kaki. Yuk, ikuti cerita selanjutnya.
Museum Kereta Karaton Ngayogyakarta
Museum ini terletak di Jalan Rotowijayan, bisa ditempung dengan berjalan kaki dari Museum Sonobudoyo unit 1. Harga tiket masuk lima ribu rupiah, ditambah tiket ijin foto seharga seribu rupiah.
Museum ini khusus menampung kereta-kereta kuda keraton pada masa Kerajaan Yogyakarta era Sri Sultan Hamengku Buwono ke-8. VIII.
Museum kereta keraton ini memiliki 18 kereta, setiap kereta memiliki nama masing-masing, diantaranya:
1. Kereta Nyai Jimat,
2. Kereta Kyai Garudayaksa,
3. Kereta Jaladara,
4. Kereta Kyai
Ratapralaya,
5. Kereta Kyai Jetayu,
6. Kereta Kyai Wimanaputra,
7. Kereta Kyai
Jongwiyat,
8. Kereta Kyai Harsunaba,
9. Kereta Bedaya Permili,
10. Kereta Kyai
Manik Retno,
11. Kereta Kyai Kuthakaharjo,
12. Kereta Kyai Kapolitin,
13. Kereta
Kyai Kus Gading,
14. Landower Kereta,
15. Kereta Surabaya Landower,
16. Wisman
Landower Kereta,
17. Kereta Kyai Puspoko Manik
18. Kereta Kyai Mondrojuwolo.
Kereta-kereta tersebut mempunyai fungsi masing-masing, dan penggunaannya selalu dipilih berdasarkan acara yang akan diselenggarakan. Beberapa foto terpasang di dekat lokasi kereta Keraton. Jadi kita juga bisa lihat kereta ini dipakai di acara apa gitu.
Oh ya, kereta-kereta ini buatan Eropa lho, diantaranya Jerman dan Belanda. Bahkan sebagian besar kereta-kereta ini masih asli, belum tersentuh modifikasi meski sebagian sudah mengalami modifikasi baik dalam warna cat maupun interiornya.
Terdapat beberapa kereta yang dikeramatkan, karena keistimewaan bahannya yang terbuat dari emas dan merupakan kereta Raja yang disebut sebagai kereta Kencana, bahkan sebagian kereta mungkin memiliki cerita mistis, makanya jangan sembarangan ya saat berada di tempat ini.
Jenis-jenis kereta di Museum Kereta Keraton:
2. Kereta atap terbuka dan beroda empat, contohnya: Kerata Kyai Jongwiyat dan Landower. Oh ya saya sempat dengar kalau Landower ini berasal dari istilah dalam bahasa Inggris Land Owner (Tuan Tanah/Raja).
3. Kereta atap tertutup dan beroda empat. Kereta ini termasuk kereta yang mewah dan sakral, contohnya: Kereta Kanjeng Nyai Jimad, Kyai Garudayaksa dan Kyai Wimanaputra.
3. Kereta atap tertutup dan beroda empat. Kereta ini termasuk kereta yang mewah dan sakral, contohnya: Kereta Kanjeng Nyai Jimad, Kyai Garudayaksa dan Kyai Wimanaputra.
Kereta Kanjeng Nyai Jimad ini merupakan kereta tertua, telah berada di sini sejak tahun 1750. Kereta ini merupakan buatan Belanda. Bentuknya unik dan sangat indah seperti layaknya kereta Cinderella. Di bagian depan bawah kereta ini terdapat patung wanita menyangga kereta ini dan terdapat untaian bunga yang mengalunginya.
Ada juga kereta Premili, di dalam kereta ini terdapat 4 baris kursi yang saling berhadapan, kereta ini berfungsi untuk membawa para penari keraton yang berjumlah sekitar 16 orang.
Di dalam museum ini juga terdapat beberapa patung kuda, koleksi pakaian dan perlengkapan kusir kereta kuda, dan foto-foto acara dimana kereta ini dipakai oleh Keluarga Keraton Yogyakarta.
Di bagian luar museum di halaman sebelah utara juga terdapat kandang kuda yang dihuni beberapa ekor kuda. Berikut beberapa suasana di halaman museum..
Sekitar jam setengah sebelas saya keluar dari Museum Kereta Keraton lalu jalan kaki ke shuttle Trans Jogja di jalan Malioboro. Seperti sebelumnya, saya turun di shelter Jl. Solo - Maguwo lalu mampir makan siang di warung padang dulu, baru lanjut jalan kaki ke toko oleh-oleh Bakpia 25. Nah, disini saya coba beli varian baru bakpia 25 yaitu bakpia isi ubi ungu, enak juga lho rasanya. Sampai di hotel sekitar jam 12an, saya beres-beres barang bawaan dan sekitar jam 12.30 saya ke front office untuk nyerahin kunci kamar, dan request pengantaran ke bandara diundur jadi jam 2 saja. Males kelamaan di bandara ga bingung mau ngapain secara flight saya masih jam 16.10. Akhirnya jam 2 tepat saya minta diantar ke bandara, rupanya counter Air Asia sudah buka, jadi langsung aja check in dan masuk ke boarding roam. Selamat tinggal Jogjakarta....ke Jakarta aku kan kembaliiii......
Demikianlah...field report jalan-jalan saya saat transit di kota Jogja...mungkin bisa menjadi referensi buat teman-teman yang akan transit di kota Jogja.
keren min mantap
BalasHapusCV Tugu