Holaa…Sawadee Kha...Sari here :)
Melanjutkan FR sebelumnya kali ini saya akan berbagi cerita
selama di Bangkok.
Day 1
Pesawat kami mendarat di Bandara Don Muaeng Bangkok sekitar
pukul 4 sore. Selesai proses imigrasi dan mengambil bagasi, kami keluar menuju
pintu arrival untuk menunggu mobil jemputan yang sudah dipesan sebelumnya.
Daaan.. nomer HP driver yang dikasih dari kantor rental ketika di telpon nomer
itu malah maki-maki pakai Bahasa ga sopan. Dan begitu telpon ke kantor
rentalnya susah dihubungi pula. Haduuuh…jadi dag dig dug deh…mana para peserta
sudah capek dan ga sabar nunggu mobil jemputan datang.
Akhirnya setelah mencoba dan mencoba hubungi nomer telpon
kantor rental akhirnya tersambung juga dengan managernya, daaaan…rupanya nomer
HP driver yang dikasihkan itu salah. Bukan salah 1 atau 2 digit…tapi totally
salah. Pantesan ajaa…
Mobil jemputan akhirnya datang juga, mobil dengan 14 seat
cukup untuk kami ber-sebelas. Dalam perjalanan menuju hotel, tour guide kami di
Chiang Mai telpon menanyakan keadaan kami, dan memberitahu bahwa di Bangkok
mulai diberlakukan “jam malam” jadi semua orang harus berhati-hati. Tour leader
kami meyakinkan tour guide bahwa kami menginap di daerah Ramkhamhaeng dan kami
akan berkunjung ke area yang jauh dari pusat demo. Jadi sepertinya kami akan
baik-baik saja.
Rupanya jumat sore di Bangkok hampir sama seperti di
Jakarta, jalanan super macet, bahkan jalan tol pun padat merayap tanpa ampun.
Lebih dari satu jam perjalanan kami dari bandara menuju hotel yang berada di
Ramkhamhaeng.
Oh ya, dalam perjalanan menuju hotel (di Jalan Ramkhamhaeng)
saya melihat hal yang unik lho, patut dicontoh oleh warga Indonesia nich. Jadi
karena jalanan macet, dan mulai diberlakukan jam malam, toko-toko tutup lebih
awal, jadi karyawan dan pelajar harus cepat-cepat pulang ke rumah dan dalam
keadaan macet ini songtoew dan bus terjebak macet juga. Akhirnya ojek motor
merupakan salah satu alternative untuk bisa cepat pulang ke rumah. Nah, para
calon penumpang ojek ini kan banyak banget…mereka mau antri sampe panjaaang
gitu lho, nunggu tukang ojek berdatangan.
Sekitar jam 8 malam kami sampai di hotel Regent Park yang
berada di Soi 22 Jl. Ramkhamhaeng. Setelah selesai proses check in dan
menyimpan barang di kamar, kami segera turun untuk makan malam di restaurant
hotel dikarenakan tidak memungkinkan untuk makan malam di luar. Tanggal 22
malam merupakan awal berlakunya jam malam di Bangkok, pasti restaurant pun akan
tutup lebih awal belum lagi jalanan pasti masih macet. Bahkan semua stasiun televisi
Thailand berhenti bersiaran. Hanya channel luar negeri saja yang tetap tayang,
dan RCTI ternyata eksis lho di saluran tv di hotel ini.
Day 2
Setelah sarapan pagi di hotel kami berangkat untuk
mengunjungi acara THAIFEX (Thailand Food Expo) yang berlokasi di Impact, Muang
Thong Thani, Bangkok. Pagi itu hari jumat, jalanan di Bangkok juga mirip di
Jakarta, kemacetan lalu lintas sudah mengular sejak kami keluar dari hotel.
Sekitar satu jam perjalanan akhirnya sampailah kami di lokasi pameran, tempat
pameran ini rupanya sangat besar, mirip JCC kalau di Jakarta. Setiap pengunjung
diwajibkan untuk mengisi form registrasi untuk mendapatkan tag visitor/buyer.
Proses registrasi sangat cepat, tanpa antrian yang panjang karena masih lumayan
pagi.
Setelah mendapatkan tag visitor kami langsung berpencar, menuju ke ruang
pameran, kebetulan pameran berada di Challenger 1 sampai 3, dan saya masuk
mulai dari challenger 1.
Begitu masuk ruang pameran, saya terkagum-kagum dengan
aneka produk yang di pamerkan. Berkeliling di Thaifex expo ini sungguh memanjakan mata dan
lidah, karena bisa icip-icip aneka makanan dari berbagai negara asia dan eropa.
Bahkan disini dipamerkan mesin dan peralatan untuk industry juga lho.
Pengunjung mengantri es krim di pavilion Korea.
Saya juga sempatkan untuk melihat pavilion Indonesia, dan saya agak sedikit heran. Dalam kesempatan besar ini Indonesia mengirimkan produk yang saya rasa kurang greget di bandingkan negara-negara lain yang membawa produk unggulan negara masing-masing. Bahkan beberapa negara mengambil lebih dari satu pavilion.Melihat geliat produk thailand yang sekarang berkembang pesat, bahkan salah satu visi Thailand adalah menjadi pusat produk halal terbesar di dunia, maka rasanya dengan diberlakukannya Asean Economic Community dimana produk-produk dari negara lain bebas masuk ke Indonesia.
Di ruang Challenger 3 memamerkan produk peralatan industri kecil dan besar. Ada juga pameran jenis-jenis kendaraan untuk promosi, seperti moving trailer yang desain dan motifnya unik.
Saya juga sempatkan untuk melihat pavilion Indonesia, dan saya agak sedikit heran. Dalam kesempatan besar ini Indonesia mengirimkan produk yang saya rasa kurang greget di bandingkan negara-negara lain yang membawa produk unggulan negara masing-masing. Bahkan beberapa negara mengambil lebih dari satu pavilion.Melihat geliat produk thailand yang sekarang berkembang pesat, bahkan salah satu visi Thailand adalah menjadi pusat produk halal terbesar di dunia, maka rasanya dengan diberlakukannya Asean Economic Community dimana produk-produk dari negara lain bebas masuk ke Indonesia.
Di ruang Challenger 3 memamerkan produk peralatan industri kecil dan besar. Ada juga pameran jenis-jenis kendaraan untuk promosi, seperti moving trailer yang desain dan motifnya unik.
Disini juga berlangsung beberapa lomba diantaranya Thailand Ultimate Chef Challenge, fruit crafting, dan roaster's choice award.
Sekitar jam 12 saya sudah merasa capek berjalan berkeliling,
akhirnya saya memilih untuk beristirahat di food court sekalian makan siang.
Selesai makan siang, saya kembali ke meeting point barangkali ada peserta lain
yang sudah berkumpul. Rupanya belum ada satupun peserta yang berkumpul jadi
saya lanjutkan untuk melihat-lihat hall arena, yang tesambung dengan bangunan
impact. Pusat pameran ini terintegrasi dengan tempat makan, tempat belanja dan
hotel Novotel.
Jam 2 siang akhirnya semua peserta sudah berkumpul dan
bersiap untuk meninggalkan expo untuk makan di restaurant yang tak jauh dari
gedung Impact. Dan, saya pun ikut makan lagiii…hihihi… Setelah selesai makan
siang kami melanjutkan kunjungan ke Agro Exchange.
Dalam perjalanan kami melewati Kementrian Dalam Negeri
Thailand, terkait dengan kudeta di Thailand, para pendemo ternyata membangun
tenda di jalan raya di depan kementiran Dalam Negeri. Hari ini rupanya para
pendemo sudah mulai membongkar tenda-tenda yang dipakai untuk berdemo, mungkin
mereka akan berpindah lokasi demo kali ya. Secara pusat demo terbesar di
Bangkok adalah di kawasan Victory Monument, National stadium, dan kawasan lain
di pusat kota Bangkok. Bahkan menurut penjaga pavilion provinsi Hatyai di
Thaifex toko-toko di kawasan pratunam pun tutup karena takut kalau akan terjadi
kerusuhan di kawasan itu.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya kami
sampai di Agro exchange. Agro exchange merupakan pusat pasar induk sayuran dan
buah-buahan terbesar di Bangkok, yang dikelola oleh perusahaan swasta. Begitu
sampai di lokasi, kami dibuat terkagum-kagum melihat luasnya kawasan dan
lengkapnya fasilitas di kawasan ini. Ada bank, showroom mobil, showroom motor,
pusat penjualan aneka sayuran dan buah buahan dalam skala besar seperti ini,
belum pernah saya lihat di Indonesia. Sungguh luar biasa industry pertanian
Thailand ini.
Puas berkeliling di agro exchange kami istirahat di food
stall untuk minum dan sekaligus makan durian. Wow…kita pesta durian. Rupanya
durian yang sudah dibeli tak habis dimakan, akhirnya kami bawa kembali ke hotel
dan dibagikan ke staff front office hotel.
Jam 19.30 kami berangkat makan malam, dan ternyata jumat
malam di Jalan Ramkhamhaeng macetnya minta ampun, jarak yang harusnya bisa
ditempuh dalam waktu 20 menit terpaksa memakan waktu hampir 1 jam. Malam mini kami
makan all you can eat steamboat halal di
Shintorn Restaurant. Disini tersedia banyak menu yang dapat dipilih, antara
lain: nasi campur, nasi biryani, aneka sayuran, aneka potongan daging ayam dan
sapi. Untuk dessertnya tersedia aneka buah potong, salad buah dan sayur, serta
es campur. Oh ya, steamboat disini ga pakai kompor listrik ataupun gas. Tetapi
dari bara api yang dipasang dalam tungku kecil diatas meja makan.
Di samping restaurant ini juga terdapat toko makanan halal,
toko perhiasan dan toko pakaian. Jadi selesai makan bisa belanja-belanja juga
hehehe…
Jam 20.30 semua peserta selesai makan, kami lanjutkan untuk
jalan-jalan di pasar malam, mobil drop kami di dekat sport stadium, dan kami
lanjutkan berjalan kaki melihat-lihat pasar malam di sepanjang jalan
Ramkhamhaeng. Dan rupanya jam 20.30 para pedagang sudah mulai berkemas-kemas
karena masih diberlakukan jam malam, yaitu mulai jam 22 sampai jam 5 pagi.
Bahkan saya yang berniat membeli sepatu pesanan teman-teman saya harus
berlari-larian untuk menuju toko sepatu tetapi begitu sampai tokonya sudah
tutup. Duuuuh…kecewa bin dongkol dech. Akhirnya saya kembali ke hotel untuk
istirahat dan berharap besok pagi masih sempat untuk kembali ke toko sepatu
sebelum berangkat ke airport.
Pagi hari setelah selesai sarapan saya kembali
berjalan-jalan dan ternyata saya tunggu sampai jam 9 toko sepatu belum buka
juga. Padahal kami harus berangkat ke airport jam 9.30. Dengan lunglai saya
kembali ke hotel untuk check out dan kemudian bersiap untuk berangkat ke
airport. Misi belanja saya kali ini gagal….hiks.
Hari sabtu pagi, jalanan di Bangkok lumayan lancar, akhirnya
sekitar jam 10.30 kami sampai di Don Muang airport untuk terbang menuju Kuala
Lumpur dan melanjutkan ke Jakarta.
Selamat tinggal Bangkok, semoga saya akan kembali kesini dalam
situasi yang lebih aman.
Susah tak cari makanan halal di Bangkok?
BalasHapus