Masih simak rangkaian tulisan saya tentang explore Sumatera Barat kan?
Yuk ah, mulai disimak yaa...
Hari ke -3 di Sumatera Barat, masih dalam rangkaian Gathering Nasional Komunitas Jalan2.com hari kedua.
Itinerary untuk tanggal 1 Juni 2015:
07.00 : sarapan
08.00 : berangkat menuju Payakumbuh
10.00 : Lembah Harau
12.00 : Ishoma di sekitar Lembah Harau
13.00 : Tiba di kelok 9
14.00 : berangkat menuju Puncak Lawang
17.00 : menuju Bukit Tinggi, Jam Gadang, Shopping, Makan malam
20.00 : kembali ke penginapan
Sarapan pagi ini menunya nasi goreng telur, setelah selesai sarapan siap untuk berangkat memulai tour hari ini dengan tujuan pertama ke daerah Payahkumbuh yaitu Lembah Harau. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam. Memasuki kawasan Lembah Harau, kita semua langsung takjub dengan keindahaan tempat ini, dimana bukit krast mengelilingi lembah dan di sebelah kiri tampak air terjun menjuntai dari atas bukit. Bus berhenti di sisi jalan yang nyaman untuk parkir bus dan semua penumpang langsung bergegas turun untuk dapat segera mengabadikan keindahan lokasi ini dalam jepretan kamera.
Yak, sesi foto-foto di mulai....
Oh ya, sayangnya kami naik bus besar jadi kami ga bisa berhenti di titik ECHO Lembah Harau, padahal pengen juga sih nyobain dengar gaungan teriakan kami dari titik ECHO ini hihihi...
Sepanjang perjalanan, saya sempat memotret beberapa pemandangan di sekitar lembah Harau dari dalam bus seperti di bawah ini:
Sudah puas acara foto-foto bus kami bergerak menuju air terjun Lembah Harau, air terjun ini berada di tepi jalan, jadi gampang banget untuk berfoto-foto di pinggirannya...
Disisi jalan juga terdapat warung-warung yang jual makanan minuman, disini teman-teman sibuk nyobain kerupuk opak yang dilengkapi dengan mie basah dan sambal sate...lumayan enak lho rasanya..berhubung kerupuk opaknya lebar banget jadi satu kerupuk bisa dimakan rame rame.
Semua sudah selesai foto-foto dan makan kerupuk opak lalu kami melanjutkan ke destinasi berikutnya, tak jauh dari lokasi air terjun ini terdapat tiga air terjun (aah lupa ga fotoin nama2 air terjunnya). Air terjun disini beda suasananya dengan air terjun yang sebelumnya sudah kita kunjungi. Ini semacam air terjun tersembunyi dan private...suasananya masih sepii...mungkin karena memang bukan musim liburan jadi tempat ini berasa milik sendiri dech.
Kami satu rombongan langsung menuju air terjun yang paling besar, yaitu air terjun Boenta, berhubung pengungjungnya ga ramai, kai langsung menguasai air terjun ini dech, masing-masing cari posisi untuk berfoto. Berhubung debit air sedang kecil dan kolam airnya tidak terlalu dalam, maka kami pun nyemplung juga ke kolam sambil berfoto-foto.
Walaupun tempatnya kecil, di sekitar air terjun ini juga terdapat beberapa toko bunga, souvenier dan makanan kecil lho.
Selesai berfoto-foto kami segera naik bus untuk kembali melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, yaitu kelok 9. Sekitar jam 11.30 kami berhenti untuk makan siang, bus parkir di depan Restoran Terang Bulan. Wah rupanya bagus banget pemandangan dari resto ini. Di belakang resto tampak bukit dengan hamparan hutan pinus dengan dua unit bangunan kayu semacam resort gitu.
Selesai ishoma, kami lanjut menuju kelok 9, perkiraan waktu sekitar 1 jam tapi ternyata tak sampai satu jam kami sudah sampai di kelok 9. Yah namanya juga kelok 9, pasti jalannya berkelok-kelok lah ya...jadi bagi yang mabuk kendaraan siapin plastik yaa... hehehe... Kami berhenti di puncak kelok 9 dan berfoto dari belakang tenda warung yang berada di tepi jalan, tapi harus extra hati-hati karena tebing di belakang warung ini tanpa pembatas, jangan sampe keasyikan selfie nanti kepeleset jatuh ke pinggir tebing...lumayan tinggi lho tebingnya.
Sudah cukup untuk sesi foto-fotonya, lalu kami lanjut lagi ke destinasi berikutnya dengan terlebih dahulu kami mampir di kedai serba jagung manis F1AINA, di kedai ini semua bahan makanan serba jagung mulai dari jagung rebus, jus jagung, sup jagung, bakwan jagung, peyek jagung, keripik jagung, dll. Kalo saya sich membeli 4pcs tahu isi jagung harga 2,500/pcs dan 2 bungkus marning harga 15ribu/bungkus . Marning apaan sih? Kalo orang jawa pasti tau nich, jagung kering yang direbus sampai mekar lalu dijemur sampai kering lagi, baru kemudian digoreng...ribet amat ya pengolahannya.
Selesai makan dan berbelanja kita melanjutkan perjalanan menuju kelok 44. Nah, kelok 44 ini saya pernah baca dan dengar beritanya, katanya keloknya dahsyat sampe berbentuk seperti letter U gitu. Dan memang begitu sampai lokasi...wow...jalanannya kecil, berkelok-kelok tajam dan kalau kita berpapasan dengan kendaraan lain, salah satu harus berhenti untuk memberi jalan. Semakin jauh bus berjalan terasa gerimis mulai turun, dan akhirnyaa breeeesss.....hujaaan sodara...sodara...
Akhirnya sampailah kami di lokasi Puncak Lawang, dalam kondisi hujan gini kami jadi galau...apalagi pak sopirnya...masak dia bilang mendingan kita balik aja kalo hujan gini. Dalam hati saya bilang whatt?? Sudah jalan jauh-jauh gini mau langsung balik?? Rugiii lah yaw...konyol bangett...
Beberapa penumpang turun dengan membawa payung untuk pergi ke toilet.
Hujan pun masih mengguyur belum ada tanda-tanda akan reda. Kami tetap
bersabar menunggu hujan reda. Hujan mulai berganti dengan gerimis,
dengan berbekal payung beberapa diantara kami mulai turun dari bus dan
berjalan perlahan menuju puncak lawang. Dan begitu kami sampai di
atas...WOW....takjub kami lihat pemandangan yang terhampar....walaupun
Danau Maninjau tampak terselimuti kabut..kami masih bisa melihat
hamparan danau yang luas ini. Oh ya, puncak lawang ini biasanya dipakai
untuk paragliding/paralayang, selain itu disini juga terdapat beberapa fasilitas outbond, camping ground, dan warun.
Tak lama kemudian teman-teman lain mulai mengikuti kami naik ke Puncak Lawang ini, jadilah rame-rame kami berfoto dengan latar belakang Danau Maninjau dan Hutan Pinus.
Disini ada kejadian sediih..Kak Lenny tiba-tiba heboh karena kameranya
terpencet format, jadi hilang semua foto-foto selama dua hari ini.
Untungnya ada suaminya mba Siti Rukoyah dari Bogor yang bersedia
membantu untuk menyelamatkan foto-fotonya.
Dan ternyata gerimis mulai turun lagii...sontak kami beramai-ramai segera turun untuk kembali ke bus dech.
Hari mulai gelap, bus bergerak perlahan menuruni Puncak Lawang Danau Maninjau untuk kembali ke Bukit Tinggi. Bus drop kami di Jam Gadang, kali ini kami bertujuan untuk membeli oleh-oleh yaitu keripik balado di pasar atas. Dan ternyata karena kami sampai lokasi jam 18.45 kedai yang jualan oleh-oleh yang kemarin beberapa teman sudah sempat belanja itu sudah tutup. Akhirnya kami berjalan sedikit agak ke dalam pasar, rupanya ada satu kedai yang sedang berkemas mau tutup. Berhubung kami berombongan akhirnya pemilik kedainya rela terlambat tutup kedai, bahkan kedai yang di sebelahnya mulai membuka terpal yang sudah ditutupnya. Jadilah massa terpecah ke dua kedai ini. Berhubung permintaan banyak banget pemilik mulai kerepotan untuk membungkus pesanan oleh-oleh (disini oleh-oleh dijual curah, jadi ya tergantung berapa kg yang ingin kita pesan maka baru dibungkusin). Karena beberapa orang mulai ga sabar nungguin packingnya dan kasian juga penjaga kedainya mulai kerepotan, jadilah kami mulai membungkus sendiri pesanan kami. Saya pun ikut membungkus keripik balado cabe hijau dan cabe merah, masing-masing 2 bungkus. Harga disini juga dijamin lebih murah dari harga toko dengan merk ternama lho. Yaiyalaah...disini kan jualnya curah...tanpa merk. hehehe.... Tapi untuk masalah rasa sich sama enaknya koq.
Selesai beli oleh-oleh, Kak Lenny belanja mukena di salah satu toko Mukena & Songket, nah saat itulah saya pergi untuk membeli mukena parasit yang biasa dipake untuk traveling di kaki lima. Rupanya abangnya nawarin harga 90ribu, saya tawar dari harga 50ribu ga dikasih, dia minta harga 65ribu...ya sudahlah saya bayar dech. Begitu saya balik lagi ke teman-teman yang masih ada di toko mukena, teman saya tanya berapa harga mukena travelnya, saya jawab 65ribu. Rupanya di toko ini juga jual mukena yang sama seperti saya beli. Nah disini Vitri yang orang padang mulai nawar mukena yang sejenis dengan saya punya, akhirnya deal harga 55ribu. Hiii...dia dapat lebih murah dari saya.:P
Selesai berbelanja perut mulai lapar, awalnya memang pengen makan bakso ala Padang tapi ternyata yang di pasar Atas sudah tutup, jadilah kami makan di gerobak di pinggiran jam Gadang, dan rupanya rasanyaaa ga enaaak...berhubung lapar aja saya makan dech walopun akhirnya juga ga habis.
Yang lebih nyebelinnya, teman saya pesan sate padang, dan ternyata itu sate ga dibakar ulang, langsung aja dihidangkan...teman saya akhirnya komplen, bang koq satenya ga dibakar lagi, si abangnya jawab "kan tadi sudah dibakar" yaelaaah bang...mana enak sih makan sate dingin.. Teman saya langsung ilfil dech.
Yang lebih nyebelinnya, teman saya pesan sate padang, dan ternyata itu sate ga dibakar ulang, langsung aja dihidangkan...teman saya akhirnya komplen, bang koq satenya ga dibakar lagi, si abangnya jawab "kan tadi sudah dibakar" yaelaaah bang...mana enak sih makan sate dingin.. Teman saya langsung ilfil dech.
Setelah selesai makan, kami jalan kaki menuju penginapan, untuk beristirahat. Sementara teman-teman lain sudah mulai beristirahat, kehebohan masih terjadi di kamar saya. Kami berempat sampe hampir jam 12 masih aja ketawa-ketawa, secara ini malam perpisahan dengan teman-teman yang tentunya akan kembali ke kota masing-masing. Jadi iseng-iseng Vitri rekam video wawancara dari kami berempat. Dan yang bikin kami ketawa terpingkal-pingkal adalah ketika kak Lenny memberi kesan tentang kan Nita sebagai Miss PIL, yang setiap malam dan pagi hobbinya minum aneka pill. Iya kak Nita memang sedang radang tenggorokan, jadi dia minum pill anti biotik, obat radang dan supplemen.
Sekitar jam 12 malam, akhirnya kami mulai tidur, karena besok harus bangun pagi-pagi untuk check out dan melanjutkan perjalan ke kota Padang, untuk kembali ke kota masing-masing.
Ikuti cerita selanjutnya di tulisan berikutnya yaa....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar