Hiiii Friends…
Kali ini saya ingin share marathon jalan-jalan cantik di Bandung
tepatnya sih ke Lembang dan Bandung Barat. Pas kebetulan waktu itu dalam rangka merayakan Imlek, PT KAI
mengeluarkan tiket promo Imlek untuk keberangkatan tanggal 8 sampai 28
Februari. Jadi, saya juga ikutan dech hunting tiket kereta ke Bandung yang
walaupun agak telat akhirnya dapat tiket promo Argo Parahyangan kelas eksekutif
seharga 44ribu untuk keberangkatan dari Jakarta. Sedangkan untuk tiket balik dari Bandung ga
dapat harga promo di jam keberangkatan ya diinginkan jadi ya beli tiket normal
seharga 120ribu. Ya ga papa sih, lumayan sudah dapat tiket promo one way. Transport selama explore Lembang dan Bandung Barat saya menyewa mobil untuk satu hari saja, selebihnya saya jalan kaki, naik becak dan naik taksi.
Saya berangkat hari jumat pagi, dan tau sendiri kan kalo hari jumat pagi
beberapa ruas jalanan ibukota itu macet dan ternyata driver taksinya ga enak
banget bawa mobilnya. Trus ketika naik kereta juga merasa seperti ga nyaman
gitu, atau mungkin karena perjalanan mendaki ya jadi agak ajut-ajutan. Kepala jadi pening, hiks. Begitu sampai di
Bandung, keluar stasiun langsung menuju hotel
yang tak jauh dari stasiun Bandung lalu istirahat, tak lupa minum obat
sakit kepala dulu, padahal rencananya setelah sampai di Bandung pengen
jalan-jalan dan foto-foto di dalam kota Bandung.
Sekitar jam 7 malam, sudah berasa lapar, bingung mau makan
apa…pengennya makan yang kuah kuah gitu, akhirnya jalan ke RM Ampera Kebon
Kawung, tapi tinggal ada lauk-lauk yang di goreng. Ada tempelan menu sop iga,
tapi katanya stocknya ga ada, ya udah ga jadi deh makan RM Ampera, akhirnya
jalan kaki menyusuri jalan sampai ke jalan pasir kaliki lalu belok kanan.
Sepanjang jalan sih ada gerobak-gerobak makanan, tapi ga minat juga sempat
berfikir atau balik aja ya kayaknya sudah jalan jauh tapi belum nemu makanan yang
dipengenin. Akhirnya sudah hopeless, ngeliat ada gapura tulisan pusat kuliner
RW sekian gitu, tapi koq ga keliatan rame-rame gitu. Cuma ada beberapa tenda
makan, dan diujung jalan ada warung ayam goreng/bakar rame banget, tapi males
juga mau antrinya. Akhirnya memutuskan untuk makan di warung tenda aja, pesen
cap cay seafood rebus seharga 24ribu + nasi seharga 3ribu kalo ga salah inget.
Sambil nunggu makanan datang saya tinggal dulu beli jus alpukat di kedai jus
alpukat yang berada di seberang jalan seharga 5ribu.
Selesai makan langsung balik ke hotel untuk istirahat, biar
besok ga kesiangan. Keesokan paginya, sekitar jam 7.30 pagi saya sudah sarapan,
dan siap untuk marathon Lembang dan Bandung Utara. Ternyata driver rental sudah
stand by di depan hotel, langsung dech cuuus berangkat…mumpung masih pagi,
semoga aja jalanan ga macet.
Oh ya, masih bertanya-tanya kenapa judul artikel ini Marathon
Jalan-Jalan Cantik Di Lembang Dan Bandung Barat?
Jawabannya adalah karena trip kali ini saya susun
itinerary untuk 6 destinasi obyek wisata yang berlokasi di Lembang dan Bandung
Barat dengan waktu explore kurang lebih 9 jam. Kebayangkan ngebutnya…harus pinter bagi
waktu di tiap obyek wisata. hahaha…
Yuk, ikuti cerita perjalanan saya…berhubung ceritanya agak
panjang maka tulisan akan saya bagi menjadi tiga bagian yach, biar ga bosan
bacanya. Hehehe…
1.Farm House - Lembang
Tujuan pertama saya adalah Farm House Lembang, perjalanan
lancar dan sekitar jam 8.50 saya sudah sampai di Farm House, ternyataaa…sudah
ramai. Tiket masuk seharga 20ribu sudah dibayar ketika masuk gerbang, petugas
tiket rupanya jemput bola ke mobil-mobil yang masuk jadi ga perlu lagi antri
beli tiket di loket. Setelah turun dari
mobil, saya langsung ikutan antri tuker tiket masuk dengan susu strawberry
ternyata rasanya enaaak banget, satu tiket lagi dituker dengan sosis .
Sepanjang rute pintu
masuk ke dalam farm house ini, di kiri kanan dihiasi dengan akar pohon tua dan
tersedia beberapa kursi kayu, jadi sementara belum masuk bisa duduk-duduk
sambil menikmati sosis bakar atau susu sapi segar rasa strawberry.
Karena weekend, hampir semua spot foto rame, jadi harus
sabar nunggu giliran untuk berpose dech. Di belakang kedai gift, flower dan handycraft ini terdapat berberapa stop foto yang menarik seperti berikut ini.
Di bagian belakang terdapat bangungan-bangunan dengan konsep yang unik, yuk mari kita jelajahi.
Di bagian belakang farm house terdapat tangga dan trolley
line untuk naik menuju ke kebun bunga,
nah berhubung agak licin jadi harap berhati-hati kalau tidak mau mengalami
kejadian sial seperti seorang bapak yang tergelincir dari atas. Saya sampe
kaget waktu dengar suara gedubraaakkk…ternyata ada seorang bapak yang badannya
lumayan besar tergelincir di trolley line itu.
Di sudut lain farm house terdapat vertical garden dan aneka tanaman hidroponik.
Sebelum memasuki area peternakan, terdapat beberapa sangkar besar untuk menyimpan koleksi aneka burung.
Di bagian atas terdapat alun-alun, disini terdapat beberapa meja taman yang dilengkapi payung besar, kita bisa beristirahat disini, terdapat juga kursi gantung rotan yang berbentuk seperti sarang burung, karena semuanya penuh jadi saya ga sempat berfoto disitu dech.
Saat saya datang farm house juga masih dalam pengerjaan beberapa bagian taman, tampak beberapa tukang sedang membuat vertical garden seperti dalam gambar di bawah ini.
Dari alun-alun saya berpindah ke bagian kiri yaitu peternakan / petting zoo, sebelum sampai ke bagain peternakan terdapat air terjun mini yang merupakan salah satu spot menarik untuk berfoto, jangan lupa berfoto disini ya.
Sebelum memasuki area peternakan, terdapat beberapa sangkar besar untuk menyimpan koleksi aneka burung.
Selanjutnya memasuki area peternakan, disini terdapat domba, kambing, kelinci, beberapa jenis ayam. Anak-anak pasti suka deh bermain dan memberi makan binantang. Di area ini juga sedang dibangun bangunan khas ala film cowboy, tampak beberapa tukang sedang mengerjakan bagian atas gedung hotel.
Oh ya, kalau kalian ingin berfoto dengan binatang yang berada di dalam kandang, bisa juga lho minta bantuan petugas yang memakai topi cowboy.
Nggak afdol rasanya kalau ke farm house tidak berfoto di depan rumah hobbit, nah karena ini tempat favorite antriannya lumayan panjang, harus sabar antri ya.
Karena saya orangnya sering merasa risih kalau berfoto sementara antrian masih panjang, jadi saya pasrah dan berpuas aja dech dengah hasil fotonya. Ga sempat untuk review dan take ulang. hehehe...
Setelah dirasa cukup bernarsis ria di Farm House Lembang,
saya melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya.
2. Observatorium Bosscha
Ini adalah pertama kalinya saya datang ke Observatorium
Bosscha, entah berapa kali ngelewatin jalan raya lembang untuk menuju ke Lembang
atau Tangkuban Perahu tapi saya ga
pernah tau dimana pastinya lokasi Observatorium Bosscha ini lho…apa kata
duniaaa?? Hahaha…
Jadi biar afdol, saya masukin observatorium Bosscha ke dalam
itinerary kali ini, bagitu sampai di lokasi setelah parkir mobil, saya turun
menuju ke pos satpam untuk tanya dimana
lokasi loket pembelian tiket masuk ke Observatorium Bosscha, lalu ditunjukkan
ke kantor yang berada di bagian belakang pos satpam ini, tapi begitu saya tanya
ke ibu yang jual tiket masuk malah ibunya ganti nanya, mau masuk ruang multi media nya ga? Saya jawab aja enggak bu, saya cuma mau foto di depan
bangunan teropongnya aja. Akhirnya ibu itu bilang, oh kalo itu ga perlu beli
tiket, langsung aja jalan kesana. Wohooo…ternyata boleh gratis.. Yipppieee…
Ya udah akhirnya cekrek cekrek dech di sekitaran Bossca ini.
Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacth) dibangun oleh Nederlandsch Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Nama Bosscha berasal dari nama Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang tuan tanah di perkebunan teh Malabar yang bersedia menjadi penyandang dana utama dan memberikan bantuan untuk pembelian teropong bintang.
Pembangunan observatorium ini menghabiskan waktu sekitar lima tahun, sejak tahun 1923 sampai tahun 1928, nama A.R. Bosscha dan 1923 tertulis di monumen yang berada di kawasan obeservatorium ini.
Observatorium Bosscha adalah lembaga penelitian astronomi modern yang pertama di Indonesia dan dikelola oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). Tahun 2004 observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Oleh karena itu keberadaan observatorium ini dilindungi UU nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya . Pada tahun 2008 Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu obyek vital nasional yang harus diamankan.
Setelah puas foto-foto langsung dech cuuus ke destinasi
berikutnya. Simak kisah perjalanan saya di tulisan berikutnya ya...
wow..saya baru tau blognya mbak sari...keren2...kudu punya waktu banyak ni utk baca satu2 tulisannya...
BalasHapushihihi...blog yang masih ala kadarnya nich mba. hasil belajar otodidak blogging ^_^
Hapus