Setelah mandi pagi, kami berjalan
ke pasar kaget yang letaknya tak jauh dari rumah mba Titi, berjalan kaki
sekitar lima menit saja sudah sampai. Pasar kaget ini berada di pinggir jalan,
para pedagang menggelar lapak dagangan yang berupa meja bambu di pinggir jalan,
ada juga yang memakai gerobak. Yang
dijual disini kebanyakan sayur mayur tetapi ada juga aneka kue jajan pasar
bahkan ada penjual ikan yang mangkal dengan sepeda kayuhnya. Diujung jalan, kami mendapati pedagang yang
jualan kuenya paling lengkap, jadi kami pun segera mengerumuni pedagang jajan
pasar ini.
Saya memilih aneka jajanan pasar, hanya dengan uang empat
belas ribu rupiah sudah dapat banyak lho, ada onde-onde isi 5pcs, tahu isi,
risoles dan lontong isi. Setelah selesai membayar, kami pun segera kembali ke
rumah mba Titi, sampai di rumah ternyata sudah tersedia pecel dan ketupat,
jadilah kami sarapan pecel dan ketupat dan menyimpan jajan pasar untuk bekal
jalan-jalan.
Rupanya mobil akan datang terlambat
dikarenakan harus ke bengkel dulu untuk service AC, memang dari hari pertama AC
mobil ga berasa dingin. Jadi sambil
menunggu mobil jemputan mba Titi menyarankan kami untuk berjalan-jalan dulu ke
alun-alun kota lama Banyumas. Dengan
menggunakan motor kami diantar menuju ke alun-alun, sambil menunggu teman-teman
yang lain datang, kami foto-foto dulu. Begitu teman-teman sudah lengkap mulai
dech kami beraksi di alun-alun ini.
Matahari mulai panas, dan belum
ada kabar kedatangan mobil jemputan, jadi kami lanjut mengunjungi Galeri Batik Banyumas Hadipriyanto yang
lokasinya berada di belakang Gedung Kecamatan Banyumas, tepatnya di Jalan Mruyung nomer 46, Banyumas.
Tempat ini menjual aneka produk
batik mulai dari baju jadi, tas batik, kain batik, souvenier dan lain-lain.
Disamping kiri-kanan toko terdapat workshop juga, tampak beberapa pekerja sedang membatik.
Dan dibagian halaman terdapat kain batik yang sedang dijemur.
Di sudut depan
bangunan toko juga terdapat kedai oleh-oleh kalau berminat bisa mampir beli
oleh-oleh juga.
Dari toko batik kami kembali ke
rumah mba Titi dulu, sampai akhirnya mobil jemputan datang., dan ternyata ACnya
masih ga dingin juga. Tetap kami berangkan untuk menuju destinasi wisata hari
ini yaitu Curug Cipendok di desa Karang Tengah, kecamatan Cilongok, kabupaten
Banyumas.
Jalan untuk menuju Curug Cipendok
ini lumayan bagus, hanya saja saat itu sedang ada perbaikan jalan di sekitar
Rearing Manggala pusat pembibitan sapi perah dinas peternakan Banyumas. Selebihnya jalan lumayan
lancar sampai dengan tempat parkir mobil.
Dari tempat parkir mobil ini pun pemandangan sudah kelihatan bagus banget, selanjutnya kami harus
tracking naik turun tangga yang terbuat
dari susuan batu alam untuk menuju lokasi air terjun.
Curug Cipendok berada di tengah
hutan alami sehingga sewaktu menyusuri jalan menuju air terjun akan terasa
sejuk, sampai akhirnya kita bisa mendengar gemuruh air terjun dengan ketinggian
air sekitar 92m. Dengan debit air yang cukup deras, maka dari kejauhan pun akan
terasa rintik-rintik air yang terbawa angin. Kami pun tak sampai turun di kolam
air terjunnya, jadi hanya foto-foto dari atas saja.
Disini juga terdapat fasilitas seperti toilet, ayunan, perosotan dan warung makan.
Saat kami akan kembali ke tempat
parkir, rupanya perut sudah terasa lapar jadi kami berhenti dulu di warung
untuk makan siang. Saya memesan mie ayam bakso dan teh manis, seharga dua belas
ribu lima ratus saja. Dan ternyata sewaktu kami mulai makan, tiba-tiba hujan
deras ya mau ga mau kami harus menunggu hujan agak reda, secara lupa ga bawa
payung. Begitu hujan mulai reda kami segera menuju ke tempat parkir untuk
melanjutkan perjalanan ke Pancuran 7 di Baturraden.
Perjalanan dari Curug Cipendok
menuju Pancuran 7 Baturraden terasa
lama, baru sekitar jam tiga sore akhirnya kami sampai di Baturraden, rupanya
pintu masuk menuju Pancuran 7 ini berbeda dari hari sebelumnya, ini lewat pintu
gerbang yang lain, setelah membeli tiket masuk seharga 20ribu mobil pun
bergerak naik melewati kebun raya baturraden dan pusat penelitian tanamanan
atau apa gitu dech, selanjutnya mobil melintasi jalan yang berkelok, tikungan
tajam dan kondisi jalan kurang baik.
Akhirnya sampailah kami di lokasi
parkir Pancuran 7, di sisi kanan tempat parkir terdapat pohon-pohon pinus yang
menjulang.
Disini terdapat gerbang dan loket
masuk, tertulis harga tiket sepuluh ribu, tapi sepertinya kalau di depan sudah
beli tiket terusan tidak perlu membayar lagi.
Dari lokasi parkir kami harus tracking
lagi menuruni tangga entah berapa banyak tapi berasa banget capeknya. Saya dan seorang teman sampai duluan, jadi
sambil menunggu teman-teman yang lain saya berfoto-foto dulu di Pancuran 7, pengunjung
lumayan rame jadi agak susah untuk berfoto sendiri. Sambil menunggu agak sepi,
kami turun ke lokasi pancuran yang dibawahnya. Setelah cukup melihat-lihat saya
pun balik ke atas, nah disini saya ketemu mba Eka, dan akhirnya kami jalan
bareng, biar bisa gentian foto. Antrian di pancuran 7 juga masih rame aja,
nunggu agak lama malah sempat ada dua orang yang minta tolong untuk difotoin,
ya sudah saya bantu foto dulu dech.
Saking asyiknya kami berfoto-foto
kami sampai tidak sadar kalau kami terpisah dari teman-teman lain. Kami pun
bingung mereka ada dimana, sedangkan jam sudah menunjukkan pukul empat lebih.
Kami pun memutuskan untuk sholat dulu di mushola, setelah selesai sholat mba
eka malah memilih mandi air hangat sedangkan saya ingin pergi ke Goa Selirang. Saya
pun coba bertanya ke salah seorang ibu
berapa jauh untuk menuju Goa Selirang, kata ibu itu sekitar 100 meter dari
mushola. Saya pun penasaran ingin lihat Goa Selirang, tapi mba Eka masih di
kamar mandi air hangat sementara saya tidak menjumpai teman yang lain. Jadi
saya memilih untuk menunggu mba Eka selesai mandi air hangat baru saya ajak mba
Eka menuju ke Goa Selirang. Menuruni tangga menuju Goa Selirang lumayan curam
juga turunannya, sementara kami tidak melihat teman-teman yang lain di lokasi
Goa. Mba Eka pun keberatan untuk melanjutkan jalan ke Goa Selirang. Jadi kami
kembali saja ke lokasi pancuran 7, dan ketika saya sampai di dekat pancuran 7
rupanya saya mendapati teman-teman sedang asyik melihat hasil foto-foto di
depan Goa Selirang. Duuuh, jadi sediih…saya ga sempat sampai ke Goa Selirang,
padahal tinggal sedikit lagi.
Foto keseruan teman-teman lain di Goa Selirang...iiiih ngiriiiii... ^_^
Foto keseruan teman-teman lain di Goa Selirang...iiiih ngiriiiii... ^_^
Hari semakin sore dan sebagian teman-teman pun sudah berada
di lokasi parkir. Jadi kami pun segera menuju lokasi parkir, untuk segera
pulang.
Dalam perjalanan pulang, kami sempat berhenti untuk berfoto
di depan tulisan Kebun Raya Baturraden.
Kami kemudian melanjutkan
perjalanan menuju kawasan GOR Satria
Kota Purwokerto, kami menyebar untuk makan malam sesuai selera masing-masing.
Saya bersama beberapa teman, memilih makan Soto Kecik Sokaraja yang berada di
seberang jalan tempat mobil kami diparkir. Tak begitu lama menunggu, soto
Sokaraja sudah siap terhidang di depan saya. Semangkuk Soto Sokaraja dengan
ketupat seharga delapan belas ribu rupiah.
Setelah selesai makan malam, kami segera melanjutkan
perjalanan pulang ke Banyumas. Dalam perjalanan kami mampir beli oleh-oleh di Jalan Sudirman Sokaraja, di sepanjang jalan ini banyak banget toko oleh-oleh, bahkan ada beberapa kedai Soto Kecik Sokaraja lho. Mba Titi minta sopir berhenti di toko oleh-oleh Getuk Goreng ASLI Haji Tohirin. Untuk beli getuk goreng aja antriannya panjang lho. Saya pun penasaran bagaimana sih rasanya getuk goreng ini, saya pun mencicipi satu buah getuk goreng ternyata rasanya enaaak tapi menurut saya rasanya terlalu manis. Sambil nunggu getuk gorengnya dipacking, dan teman-teman lain berbelanja kita foto-foto dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar