Berawal dari melihat postingan foto netizen di wisata mangrove yang berlokasi di Kulonprogo, saya sebagai anak yang pernah lahir dan besar di Kulonprogo pun ingin melihat lokasinya. Selama ini memang saya tidak pernah tahu kalau di Kulonprogo ada hutan mangrove.
Sebelum habis liburan Idul Fitri di Kulonprogo saya sempatkan untuk mengunjungi kawasan wisata ini. Kawasan wisata mangrove ini berlokasi di Pasir Mendit, Jangkaran, Temon, Kulonprog, Yogyakarta. Sekitar jam 4 sore saya berangkat menuju ke lokasi dengan mengendarai motor, waktu tempuh sekitar 30 menit dari rumah saya yang berada di bagian timur desa Giripeni. Karena masih dalam suasana liburan Idul Fitri lalu lintas lumayan padat, bahkan sempat terjadi kemacetan lumayan panjang menjelang lampu merah jembatan Glagah.
Sambil macet-macetan bisa lah foto-foto dikit jembatan Glagah..
Selepas dari jembatan Glagah, disepanjang jalan dekat area yang sedianya akan dibuat bandara baru Yogyakarta berjajar papan kecil maupun besar yang bertuliskan protes warga sekitar akan pembangunan bandara tersebut. Diantaranya seperti berikut ini.
Kemudian kita akan melewati jembatan Congot, jembatan ini memiliki dua jembatan yang tiap jembatan mempunyai konstruksi yang berbeda, yang sebelah kiri dengan penutup dari besi baja, sementara yang kanan tanpa penutup dan berpagar tembok dengan hiasan berbentuk kuncup bunga melati di atasnya.
Sekitar 1 km dari jembatan Congot, kita akan menemukan petunjuk arah untuk menuju ke kawasan wisata mangrove wanatirta. Dari sini belok ke kiri ikuti saja petunjuk arahnya.
Begitu sampai di lokasi yang terdapat banner seperti diatas maka kita tinggal pilih mau ke destinasi yang mana, kalau belok kiri arah menuju pantai Kadilangu terdapat: jembatan penyeberangan, hutan mangrove, rumah panggung dan muara sungai Bogowonto. Kalau memilih belok kanan terdapat: jembatan Api-api, Maju Lestari dan Wana Tirta.
Untuk area mangrove Jembata Api-api, Maju Lestari ataupun Wana Tirta dikelola oleh kelompok yang berbeda jadi tiap pintu masuk dikenakan biaya yang berbeda, range harga antara tiga - empat ribu rupiah per orang, untuk parkir motor dua ribu rupiah, parkir mobil lima ribu rupiah, parkir bus/truk sepuluh ribu rupiah. Saya berhenti di area paling ujung yaitu Wana Tirta, di lokasi ini juga terdapat goa Mangrove yang sebetulnya menurut saya lebih cocok disebut terowongan mangrove sih. hehehe...
Berikut beberapa foto di area mangrove Wana Tirta:
Dari jembatan mangrove, saya berjalan menuju ke lokasi Goa Mangrove, penasaran juga seperti apa sih goa mangrovenya. Saya berlajan mengikuti petunjuk arah yang menuju ke Goa Mangrove tapi saya berhenti sebentar untuk berfoto di lokasi simpul belajar mangrove, disini terdapat beberapa pohon cemara cantik yang sayang untuk dilewatkan.
Mengikuti pentunjuk arah, akhirnya saya menumakan Goa Mangrove Wana Tirta...yeayyy
Kalo biasanya goa lebih sering ditemui berupa terowongan dengan dinding batu, maka goa mangrove ini ya bentuknya terowongan dari kumpulan pohon mangrove di kiri-kanannya.
Di area goa mangrove ini juga terdapat dua gazebo bercat warna pink.
Setelah dirasa cukup berfoto-foto, kemudian saya menuju ke area mangrove Maju Lestari, disini kita beli tiket masuk lagi dan bayar parkir lagi ya karena sudah beda pengelolanya.
Di area mangrove Maju Lestari ini terdapat beberapa spot foto yang dilengkapi dengan aneka properti foto seperti berikut ini. Dan terdapat beberapa sign board yang agak nyeleneh gitu dech...hehehe..
Gagal paham dengan papan bertuliskan GDL itu :) |
Jembatan Api-api sebagai background foto :)
Di lokasi wisata mangrove ini juga terdapat warung-warung makan, jadi ga perlu khawatir kalo mau makan minum.
Berikut foto denah lokasi mangrove Wana Titra. Ada kontak personnya juga tuch..kalo nyasar mungkin bisa tanya-tanya. hehehe..
*walaupun nama belakangnya pake Suwito tapi kami ga ada hubungan keluarga lho ya...hahaha..
Hari sudah menjelang senja, sudah saatnya pulang...saya pun meninggalkan area mangrove sekitar jam 5.40 sore. Hari mulai gelap euy...sereeem...hihihi...
Dalam perjalanan pulang saya singgah sebentar ke warung pinggir jalan di sebelah barat pasar bendungan untuk beli makanan khas Kulonprogo yaitu gebleg dan mendoan tempe koro. Beli lima ribu aja dapat banyak lho, ini yang saya foto sisanya aja.
Sebenernya saya lebih suka gebleg generasi terdahulu, yang berbentuk lingkaran disusun masing-masing enam lingkaran. Gebleg generasi terdahulu teksturnya lebih padat, campuran antara pati singkong dan tepung dari singkong yang direndam walaupun rasa dan baunya jadi agak kecut. hehehe...
Saat ini gebleg lebih banyak pati singkongnya jadi kalau dingin agak alot kalo dimakan.
setdah ada jalan ke surga segala di sana???
BalasHapusSalam kenal dari www.travellingaddict.com